MANUSIA SEJATI

   
Dalam hidup terkadang memang perlu yang namanya mempelajari yang pernah di lalui,bukan hanya untuk sekedar koreksi tapi memberikan hidup untuk kehidupan.

Untuk menemukan jawaban kita perlu merefleksikan diri, berfikir, merenung, berhenti sejenak dari rutinitas keseharian yang biasa kita lakukan, realitas berbicara bahwa kita adalah bagian dari alam raya yang maha luas ini, kita adalah ''MANUSIA'', salah satu mahluk hidup dari jutaan spesies mahluk hidup yang tinggal di bumi ini, keberadaan kita begitu amat teramat spesial, karena kita memiliki keungulan yang tidak di dapat dari jutaan spesies lain (mahluk bumi), manusia adalah ''thingking beings'' (mahluk berfikir),
dengan berfikir kita mampu mengenali keberadaan kita di dunia ini, kita mampu menjadi subyek yang memberikan makna bagi seluruh obyek materi di alam semesta ini, dengan berfikir kita mampu mengelola alam sebagai tujuan kebaikan perkembangan hidup manusia, dengan berfikir manusia membangun tatanan peradaban dari kehidupan cara-cara purba menuju kemajuan modernitas (teknologi), berfikir adalah salah satu keunggulan luar biasa yang ada pada manusia dan tidak di dapat pada mahluk hidup lain.
                  Manusia adalah ''beings have a soul'' (mahluk yang memiliki jiwa), apa itu jiwa,,??? jiwa adalah bagian terpenting substansi terdalam kehadiran manusia di dunia ini, substansi manusia terdapat dalam dua unsur , pertama jasmani (tubuh), tubuh dengan segala kelengkapanya adalah unsur yang sama yang terdapat pada berbagai macam spesies binatang, esensi tubuh begitu amat sangat rapuh, di dalam waktu tubuh tidaklah dapat terus bertahan (kematian) 
, tubuh dan kerapuhan adalah satu paket yang tidak dapat di pisahkan, hari ini kita berkaca diri memiliki kesempurnaan bentuk fisik  tampan atau cantik,  si apakah dapat menjamin 30.th yang akan datang kita memiliki  kesempurnaann bentuk fisik yang sama, hari ini tubuh kita begitu amat sangat sehat , siapakah dapat menjamin kesehatan ini akan bersifat tetap, penyakit menyerang tubuh kita dengan tiba-tiba tanpa kita minta,  secara sadar tubuh dan jiwa memang memiliki hakikat jarak yang amat jauh, karena substansi sifat  tubuh yang begitu rapuh (sementara di dalam kematian) lalu subsatansi ruhani (jwa) begitu absolut (kekal abadi), akan tetapi keduanya merupakan bagian terpenting bagi keberlangsungan hidup kita di dunia ini, paradoks memang.
                  Kita mengenali unsur yang ke dua, yaitu, ruhani (jiwa),  substansi dari jiwa adalah absolut memiliki keabadian mutlak, dalam realitas,  hakikat jiwa berada di dalam dimensi lain karena keberadaanya tak dapat di lihat dengan indra mata, namun kita bisa sangat merasakan keberadaanya, pengenalan akan jiwa (ruhani) adalah pengenalan hal yang transenden (tuhan), jiwa adalah pengerak di mana manusia dapat menemukan kesadaran akan apa yang tidak dapat terlihat dan terlampaui oleh fikiran manusia, dengan ini jiwa dapat menemukan hakikat tuhan di dalam kehidupan manusia, sebelum materi tubuh menampakan diri di dalam realitas  jiwa terlebih dahulu di ciptakan,  hal ini membuat setatus jiwa di balut dengan kesucian dan kemurnian, karena jiwa tak tersentuh oleh segala konsep, bahasa, maupun ideologi apapun, hal ini menandakan bahwa jiwa adalah pengerak hati nurani, dengan hati nurani manusia memliki kesadaran, keterarahan terhadap hal-hal baik, dan bermakna.
               Manusia adalah ''being sensitiv'' (mahluk perasa), rasa adalah salah satu keungulan manusia yang tidak di dapat mahluk hidup manapun, dengan kemampuan merasa kita memberi corak warna tersendiri bagi kehidupa kita, cara merasa manusia terdapat di dalam  dua unsur , pertama bersifat mekanis memiliki fungsi  tetap, ini terdapat pada ke-5 indra di dalam bagian tubuh kita (hidung, mata, telinga, mulut, dan tangan) dengan ke-5 indra kita mampu mengenali beragam rasa (lidah), warna (mata), penciuman (hidung), sentuhan (tangan), pendengaran (telinga), unsur yang ke dua, cara kita merasa berada di dalam (in), 
pengungkapan rasa ini adalah hasil dari intuisi kita berhadapan langsung dengan realitas, hal ini membuat manusia selalu berada dalam ketidak pastian (absurd) ,  detik ini kita mengalami kesedihan, satu jam yang akan datang kita bahagia, kita sedih  ketika musibah datang sekaligus bahagia mendapat undian,  tangis, tawa, kepedihan, pederitaan, bahagia, rasa sakit, cinta,kebencian, dendam, semua adalah substansi pengungkapan rasa dari dalam (in), cara manusia mengungkapkan rasa membuat manusia menjalani hidup sangat berwarna.
                Sejatinya unsur yang terdapat pada manusia juga tidak terlepas dari unsur animalitas (hewani) ini sangat bersifat ''imoralitas'' ,unsur ini  mampu menelanjangi kemurnian setatus manusia secara purba, sejatinya manusia tidak pernah melepaskan diri dari hasrat-hasrat gelap yang menguasai diri untuk selalu bertindak dengan kepuasaan, kenikmatan, dan kekuasaan bagi sesamanya, sepertinya ''man is a wolf to his fellow man'' (manusia adalah serigala bagi sesama manusia) '' adalah ungkapan yang sangat tepat, hypersex, 
perbudakan, hedonisme, pembantaian, kolonialisme, imperialisme, adalah pengkondisian yang di hadapi manusia melalui unsur animalitas (hewani), kita membangun peradaban untuk hidup dalam keutamaan (moralitas), agama melambangkan hati nurani dan menjadi manusia yang berakal budi, dengan ini kita mampu meredam setiap hasrat-hasrat gelap untuk menjadi manusia yang utama, karena manusia dalam tahap animalitas (hewani) adalah manusia dalam tataran terendah.
               Dalam hidup kita selalu merasa terasing dengan manusia lain, kita hanya mampu hidup dan melekatkan diri dengan mereka yang memiliki setatus sosial setara, isi kepercayaan (agama) sama, budaya dan bahasa sama, sementara bagi mereka yang berbeda, kita selalu membuat tembok tebal sehingga menciptakan jurang pemisah yang amat dalam, 
keterasingan menghasilkan kotak-kotak kehidupan dan menciptakan kesejangan sosial antara golongan manusia kelas atas dan bawah, keterasingan menghasilkan keterpisahan sekaligus melenyapkan sifat keutamaan yang ada pada manusia, seperti empati, toleransi dan solidaritas, keterasingan menghasilkan tembok prasangka yang setiap saat siap memercikan api konfik, hidup di dalam kultur beragam tidak harus di tangapi dengan rasa berbeda/ merasa terasing, bahwasanya kita semua adalah mahluk bumi, perbedaan adalah ilusi karena sebelum datangnnya bahasa ,konsep dan isi kepercayan (agama) ,unsur kesejatian kita sama, kita berfikir, memiliki jiwa,berhati nurani dan memiliki rasa.
            ''Banalitas'' membuat kita lupa caranya menjadi manusia, kita seperti tertidur lelap tanpa kesadaran dan melupakan apa yang sungguh terpenting dalam hidup ini, dalam rutinitas kita selalu bergulat memfokuskan diri dengan hal yang tidak penting, kita tidak pernah menyadari dan benar-benar sadar bahwa kita adalah manusia , mahluk berfikir, memiliki jiwa, berhati nurani, berakal budi, kita menghabiskan waktu siang dan malam secara individualis hanya untuk bekerja dan menumpuk harta, apa hanya untuk itu saja,?  sementara kita melenyapkan nurani  kita untuk memikirkan dan membantu mereka yang memiliki kekurangan, kita selalu menghormati dan menghargai mereka yang memiliki kemewahan dan berkedudukan tinggi tetapi kita melenyapkan rasa empati kita untuk mengakui, menghormati mereka yang terlihat kumuh dan kotor.
             Kesempitan berfikir membuat mata kita selalu memuja,mengagumi dan memperlakukan mereka secara spesial karena mereka memiliki tubuh sempurna, berparas cantik/ tampan,dengan ini kita telah melenyapkan kesadaran kita, bahwa apapun pengkondisian yang di hadapi manusia (cantik/jelek, sempurna/cacat) memiliki kesetaraan dan kedudukan sama, 
karena substansi manusia tidak terdapat di luar (outside), tetapi di dalam (in), melalui cara kita menggunakan akal budi dan hati nurani ini lah keutamaan, kita selalu di sibukan dengan segala aspek materi (kebendaan) dunia, dan mengutamakan kenikmatan tubuh , kita melupakan bahwa kita memiliki jiwa (soul) yang memiliki ketetapan absolut, kita lupa cara berhubungan dengan yang ''transenden'' (tuhan), bahwa kebutuhan akan jiwa (soul) adalah kebutuhan akan tuhan, melalui kegiatan berdoa kita berada dalam esensi makna terdalam kebutuhan akan jiwa (soul).
                   Pernakah kita berfikir ''sesunggunya apa yang benar-benar membuat kita bermakna dalam hidup ,,???  kita selalu melewatkan setiap detik, menit, jam, hari, kita selalu melewati rutinitas sama secara berulang-ulang , mulai dari bangun pagi, bersarapan, pergi bekerja, pulang malam, berkumpul dengan keluarga, pergi untuk tidur, di dalam rutinitas yang terus saja kita lakukan secara berulang-ulang apa kita menyadari kehidupan kita,,,??? apa kita menjadi yang utama menjadi manusia,,??? apakah kita menjadikan hidup kita secara bermakna,,??? kita menciptakan tatanan dan peradaban, apakah itu semua menjadikan manusia yang mampu memanusiakan yang lain,,???,, mulailah hidup dengan kesadaran dan jadilah manusia sejati.

Comments

Popular posts from this blog

Trik Paket Telkomsel Murah